Senin, 02 Juni 2014



TULISAN I (Ringkasan)

THE LONELY HEARTS CLUB

(Siapa bilang cewek enggak bisa eksis tanpa cowok)

SUMMER I’M IN LOVE

Sewaktu umurku lima tahun, aku berjalan menuju altar dengan pria impianku. Oke sebut saja dia cowok. Umurku juga lima tahun, aku mengenal Nate Taylor kira-kira sejak lahir. Ayah kami berteman sejak kecil, dan setiap tahun, Nate dan orang tuanya menghabiskan musim panas bersama keluargaku. Semua orang selalu bergurau bahwa kami akan menikah sungguhan suatu hari nanti. Nate dan aku juga mengira begitu. Kami mengira bisa jadi pasangan yang sempurna. 

Umur kami 14 tahun, aku semakin bersemangat menyambut musim panas. Kami bukan berkhayal lagi, perasaan itu nyata, terasa lain. Hati yang terlibat bukan terbuat dari kertas lipat-hidup, berdetak …. Sungguhan.

Bila memikirkan musim panas aku memikirkan Nate,bila memikirkan cinta aku terpikir Nate. Apapun yang kupikirkan, Nate pasti kupikirkan juga.

Bulan terakhir sekolah tak tertahankan, aku mulai menghitung jam sampai Nate datang. Aku sudah berbelanja dengan teman-teman untuk membeli “kostum kencan Nate”. Kutentukan jadwal kerja kantor Dokter Gigi Dad mengikuti jadwal kerja Nate di country club. Aku tak ingin apapun mengahalngi kami.

Lalu itu terjadi.
Dia kemari.
Dia lebih tinggi.
Dia lebih matang.
Dia tak imut lagi-dia seksi.
Dan, dia milikku.

Nate menginginkanku. Dan aku sebaliknya. Kelihatan sederhana saja. Tak lama lagi, kami bersatu. Akhirnya, benar-benar bersatu.

Hanya saja aku tidak mengalami dongeng yang kuharapkan.
Sebab cowok berubah
Mereka berbohong
Mereka menikam hatimu
Kutemukan sisi pahit bahwa tidak ada dongeng dan cinta sejati.

DIA ENGGAK BANGET

        Semua itu terjadi terlalu cepat, awalnya sama saja dengan musim panas lain. Keluarga Taylor datang, lalu rumah ramai. Nate dan aku terus saling menggoda … rutinitas yang kami jalani selama beberapa tahun belakangan. Tapi kali ini ada sesuatu dibalik godaan itu. Seperti hasrat, seperti masa depan.

        Orangtua kami tidak tahu apa yang terjadi, Nate tidak mau cerita kepada mereka, dan aku ikut saja. Walaupun aku tahu orangtua kami sudah lama menginginkan kami jadian, aku tidak yakin mereka siap mengetahui kami bersama sekarang. Terutama karena Nate menginap dibawah, di lantai dasar kami yang kedap suara.

        Semua itu berjalan sangat lancer. Nate mengatakan semua yang kudengar, betapa cantik dan sempurnanya aku.

        Aku terbang ke surga.
        Dan, sepertinya terlalu cepat, terlalu cepat. 

        Setelah dua minggu, Nate mulai bilang betapa dia yakin aku orangnya, cinta sejatinya. Pasti sangat menakjubkan, katanya, kalau kubiarkan dia mencintaiku seperti yang dia inginkan.

        Inilah yang kukhayalkan sekian lama, inilah yang sejak dulu kuinginkan, jadi kupikir, ya, akan kulakukan. Sebab aku pasti bersamanya. Dan, itulah yang penting.

        Kuputuskan mengejutkan Nate.
        Kuputuskan memercayainya.
        Kuputuskan melakukannya.

        Semua sudah kurencanakan, semua beres. Orangtua kami akan keluar larut malamn dan rumah jadi milik kami berdua. 

        “Kau yakin mau melakukan ini, Pen?” Tanya Tracy pagi itu.
        “Yang kutahu, aku tak mau kehilangan dia,”jawabku.

        Itulah alasanku. Itu demi Nate. Tak ada hubungannya denganku dan apa yang kuinginkan. Semua untuk dia.

        Senyumku mulai tersungging ketika kunyalakan lampu.
        “Kejutan!” seruku.
        Nate menyembul dari sofa dengan wajah panik.
        “Hai …,” sapaku lembut sambil menjatuhkan gaun ke lantai.
        Lalu kepala kedua menyembul dari sofa
        Seorang cewek
        Bersama Nate. 

        Aku berdiri terpaku, tak memercayai mata sendiri, kupandang mata mereka bergantian.

        Cewek itu mulai terkekeh. “Katamu adikmu pergi sesorean!”

      Adiknya ? Nate tidak punya adik cewek. Aku berusaha mengatakan pada diri sendiri bahwa ada penjelasan masuk akal untuk apa yang kulihat. Tak mungkin Nate melakukan hal semacam ini padaku. Apalagi dirumahku. Mungkin cewek ini mengalami kecelakaan mobil diluar dan Nate membawanya masuk untuk … mmm, menenangkannya. Atau mereka hanya berlatih adegan drama musim panas berjudul …. Romeo dan Juliet Bermesraan, atau mungkin aku tertidur dan ini hanya mimpi buruk. 

        Hanya … tidak, Cewek itu bersiap pergi, lalu Nate, menghindari tatapanku, mengantarkanya naik.

            Sungguh cowok sopan.
            Setelah aku nyaris lumutan, dia kembali.
           “Penny,” katanya, merengkuh pinggangku, “maaf kau sampai melihat yang tadi.”

            Aku berusaha bicara, tapi suaraku entah ke mana.
        Tanganku naik kebahuku. “maafkan aku, penny. Maaf banget. Kau harus percaya ini tindakan konyol. Aku bodoh. Bodoh kelas kakap.”

DAFTAR COWOK GEBETAN

        Cowok bagiku sudah tamat, pertanyaan satu-satunya adalah : kenapa ini baru terpikir sekarang ?

        Aku tahu gagasan ini genius. Tapi pasti menyenangkan kalau sahabatku berhenti memandangiku seolah aku kabur dari lembaga perawatan mental.

        “Pen, kau tahu aku sayang padamu, tapi … “
        Nah ini dia.

        Kami bertemu mendadak di restorant setempat, tidak sampai satu jam setelah aku dapat ilham. Tracy menyesap milk shakenya menyimak celotehanku mengenai semua masalah gara-gara cowok sekian tahun ini. Aku belum sampai ke bagian klub itu dan keputusan untuk tidak berkencan.

        Daftar itu jelas lebih sering mengakibatkan sakit hati daripada semstinya. Tracy belum berkencan dengan yang mana pun. Malah, dan tidak pernah punya pacar. Aku tidak tahu mengapa. Dia cantik, lucu, pintar, dan salah satu teman paling setia dan dapat diandalkan idaman semua orang. Tapi, seolah contoh mengapa cowok itu mengesalkan masih kurang, tak ada cowok di McKinley yang tampaknya memandang Tracy pantas dijadikan pacar.

        “Aku tidak mengerti kau ini bicara apa,”katanya.
        “Ya. Jadi kau mau bilang tidak punya daftar baru yang siap diteliti?”
        Tracy memindahkan tas ke kursi di sebelahnya.
      Tentu saja dia punya daftar. Tinggal beberapa hari lagi kami masuk SMA.

        “Masa bodoh,” dangus Tracy. “Sepertinya aku harus melempar saja daftar ini karena, menurutmu, semua cowok menjengkelkan.”

        Aku tersenyum. ”Nah, kemajuan. Ayo kita bakar!”

Semoga hari pertamamu asyik

        Ryan Bauer adalah salah satu cowok yang ditempeli pacar dan hidup cewek itu melulu mengenai dia. Ryan tipe cowok keren paling standar disekolah kami. Atlet jempolan dengan nilai bagus, yang kebetulan juga ganteng. Tingginya lebih dari 180 sentimeter dengan perawakan kekar, matanya biru mempesona, dan dia selalu menyusurkan jari ke rambut hitam bergelombang. Jelas, Ryan juga salah satu cowok incaran di sekolah. Dulu aku ikut-ikutan, tapi kali ini aku tidak berhasrat member makan egonya lebih jauh.

    Ryan itu cowok. Cowok banget. Menurutku, mungkin dia menyembunyikan mayat anak kecil dan anjing dalam loker. Dan aku menyukainya.

NATE LAGI ?             

  Aku tetap ingat bahwa ada korelasi antara merenggangnya persahabatanku dengan Ryan dan makin eratnya pertemanan sesama anggota klub.

    Setiap kali klub maju (kemenangan tim basket diane semalam), Ryan dan aku mundur selangakah (dia tak pernah muncul lagi di lokernya hari itu).

    Itu cukup mengesalkan, tapi kemudian ada masalah lain yang harus ku hadapi.

        Nate.
       Ada surel menungguku ketika aku sampai dirumah. Yang ini diberi judul :
        Teman ?
        Aku duduk dam mengekliknya.

        Pen,
      Belakangan ini aku sering memikirkan soal kita.
Sebenarnya, kau sajalah yang kupikirkan. Aku tahu kau tak akan mengabariku. Aku tahu kau benci padaku, Aku tahu kau tak akan merasakan yang sama denganku. Aku pantas dibeginikan. Tapi, aku perlu menanyakan satu hal, dan aku minta kau memikirkannya (kalau kau membaca ini) sebelum kita bertemu beberapa minggu lagi. Bisakah setidaknya kita jadi teman? Aku butuh kau dalam hidupku. Dan aku terima, bagaimanapun jadinya kita nanti. Akan kulakukan apa pun yang memungkinkanmu kembali dalam hidupku.

                                                            Salam sayang,
                                                               Pecundang

Teman? Dia ingin kami berteman setelah semuanya sudah terjadi?
        Ryan dan Diane berteman, tapi Ryan tidak menhkhianati Diane, Ryan …..
        Tak pelak kupikirkan betapa menyenangkannya Ryan atau berteman dengannya sebab kini dia bahkan tidak mau bicara denganku.

        Mungkin yang terbaik adalah bilang saja pada Nate bahwa kami bisa berteman dan melanjutkan hidup.

        Namun aku tahu, aku membohongi diri sendiri kalau mengira bisa melakukannya.

        Setelah memimikirkanya selama seminggu, kuputuskan meminta saran Diane sambil makan. “Kok kau bisa berteman dengan Ryan?” todongku sebekum kamu memesan.

        Diane terkejut. “Sudah begitu lama dia jadi bagian hidupku.”

So Sweet

        Udara musim dingin menyertaiku ketika kami meninggalkan rumah Amy. Aku mulai menggigil saat kami berjalan ke mobil Ryan dan dia merangkulku.

        Mendadak aku tidak kedinginan lagi.
   Ryan membuka pintu untukku. Aku duduk dan memasang sabuk pengaman ketika Ryan naik ke sisi satunya. Dia menyalakan mesin dan stereonya mulai berbunyi. Ryan merona.

        “CD bagus,” komentarku.
        “Terima kasih. Aku suka sekali.”
        “Aku juga,” jawabku, tidak lagi membicarakan music.
        Aku bersandar di jok dan menaruh kepala di headrest. Butuh waktu lama, tapi akhirnya kami sampai di sini.

      Aku maju dan mengeraskan volume, lalu ikut menyanyikan lagu terakhir di CD yang kurekamkan untuknya.

        Meskipun sudah tengah malam, aku masih bisa menyanyi “Here Comes the Sun” dan meresapi setiap kata, setiap emosinya.

        Terutama mengenai keadaan yang baik-baik saja.
        SEMPURNA. {}

Kesan dan Pesan terhadap penulis

        Elisabeth Eulberg lahir dan besar di Wisconsin sebelum kuliah di Syracuse dan berkarier dalam bisnis buku di New York City. Ia tinggal di luar Manhattan bersama tiga gitar, dua keyboard, dan satu stik drum. Untuk meriset buku ini, ia mencoba menjauhi lelaki selamanya, dan ia tidak berhasil. Menurut pendapat saya mengenai cerita novel ini yang berjudul “THE LONELY HEARTS CLUB” ceritanya sangat baik karena di cerita ini terdapat cerita sedih, gembira, romantis dan semua romansa percintaan ada di novel remaja ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar