TUGAS SOFTSKILL PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
NAMA
: JUWITA FATMA SARI
NPM
: 13211894
KELAS
: 2EA26
BANTUAN LANGSUNG SEMENTARA
MASYARAKAT
HARGA
BBM NAIK
Ichsanuddin Noorsy Buktikan Lagi Sumber Dana BLSM dari Utang
Ichsanuddin Noorsy Buktikan Lagi Sumber Dana BLSM dari Utang
RMOL.
Pengamat ekonomi politik Ichsanuddin Noorsy, ternyata tak main-main dengan
pernyataannya yang menuding Pemerintah sebenarnya menggunakan dana utang asing
untuk membiayai subsidi kompensasi kenaikan harga BBM ke masyarakat. Pria yang
tegas menolak rencana kenaikan harga BBM oleh Pemerintah itu mengajukan salah
satu contoh program utang World Bank ke Indonesia, yakni Development Policy
Loan Program. Program yang dimaksud bernama Program for Economic Resilience,
Investment and Social Assistance in Indonesia (Perisai), atau Program Ketahanan
Ekonomi, Investasi, dan Bantuan Sosial di Indonesia. Nilainya sebesar 2 miliar
dolar AS dengan kurs Rp 9170 per dolar As, atau sekitar Rp 18,340 triliun.
"Ini salah satu contoh utang terkait program bantuan sosial yang saya
maksudkan," jelas Ichsanuddin saat dihubungi Rabu malam (5/6).
Berdasarkan
informasi yang dikumpulkan terkait program Perisai itu, katanya, program utang
yang menggunakan metode Deferred Drawdown Option itu akan berlangsung selama
dua tahun dengan tanggal penutupan pada 30 Juni 2014. Utang yang harus dibayar
kembali dalam 7 tahun itu bertujuan mempertahanan stabilitas sistem keuangan,
mempertahankan pengeluaran penting untuk kepentingan publik, dan mendukung si
miskin dan masyarakat yang rentan menghadapi krisis ekonomi. Secara khusus
ditekankan tujuan program terkait memperkuat kesiapan pemerintah untuk
mengurangi dampak krisis terhadap rumah tangga miskin dan rentan, seperti
melalui perbaikan sistem pemberian bantuan langsung tunai atau bantuan langsung
sementara.
"Jadi kalau Pemerintah menerbitkan program keluarga harapan, raskin atau bea siswa untuk gakin, maka sumber dananya dari utang luar negeri, bukan dari pemangkasan subsidi BBM.
"Jadi kalau Pemerintah menerbitkan program keluarga harapan, raskin atau bea siswa untuk gakin, maka sumber dananya dari utang luar negeri, bukan dari pemangkasan subsidi BBM.
PKS: Negara Wariskan Hutang Melalui BLSM
PASURUAN
- Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta, mengungkapkan,
pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM) kepada tidak akan menyelesaikan
persoalan penghematan anggaran negara. Sebaliknya, pengalihan subsidi dengan
cara membagi-bagikan uang kepada rakyat miskin justru akan membebani generasi
penerus. Menurut Anis Matta, uang yang dirupakan dalam program bantuan
langsung kepada masyarakat ini didapatkan pemerintah dari sumber dana hutang
luar negeri. Hutang negara ini akan semakin menumpuk seiring lengsernya
pemerintahan Presiden SBY pada tahun depan. "Pemerintah akan menaikkan
harga BBM dengan harapan bisa mengurangi subsidi. Namun subsidi yang
dipindahkan ketempat lain ini tidak akan menyelesaikan masalah. Uang yang
dibagi-bagi kepada masyarakat berasal dari hutang luar negeri," kata Anis
Matta saat dialog dengan tokoh masyarakat di Ponpes Kramat, Kraton Kabupaten
Pasuruan, Rabu (6/6/2013). Anis mengatakan, hingga saat ini hutang negara yang
terus menumpuk telah mencapai angka lebih dari Rp2.000 triliun. Beban hutang
ini tentu saja akan ditanggung generasi dan pemimpin yang akan datang.
"PKS menolak kenaikan harga BBM. Karena dari aspirasi yang kami serap, 85
persen rakyat Indonesia menolak kenaikan harga BBM," tandas Anis Matta.
Ia
menyarankan agar pemerintah meninjau ulang kebijakan energi, khususnya dibagian
hulu. Pihaknya akan menerima usulan kenaikan BBM, jika proposal yang diajukan
pemerintah sangat bagus. Sebaliknya, PKS akan menolak jika proposal pemerintah
justru akan menyengsarakan rakyat. "Tahun 2005, kami menyetujui kenaikan
harga BBM, karena memang bagus proposalnya. Tahun 2012 lalu kami menolak usulan
kenaikan BBM, seperti juga pada saat ini," katanya.
Dana BLSM Berasal dari APBN, Bukan Utang
RMOL.
Dana kompensasi atas kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang disiapkan
pemerintah untuk masyarakat miskin disebutkan berasal dari utang
lembaga-lembaga donor internasional. Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan
Pembangunan Prof. Firmanzah, menepis tudingan tersebut. Firmanzah menjelaskan,
persiapan sosialisasi dan pelaksanaan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
(BLSM) dan kartu Raskin (beras mikisn) itu tidak menggunakan bantuan pendanaan
dari lembaga asing, namun menggunakan APBN.
Sementara pendataan masyarakat miskin dilakukan Badan Pusat Statistik
(BPS) pada 2011 dengan menggunakan anggaran BPS; sosialisasinya juga
menggunakan anggaran APBN. “Bantuannya sendiri menggunakan APBN dan nanti
penyalurannya Raskin dilakukan PT Pos Indonesia bersama-sama dengan aparat
desa,” jelas Firmanzah (Rabu, 5/6).
Kalau
toh ada bantuan asing, menurut Firmanzah, sebagaimana yang dilakukan saat ini,
ada technical assistance dari sejumlah lembaga donor asing ke penanggulangan
kemiskinan nasional. Tapi, sekali lagi, dia menekankan, itu bentuknya support
bukan implementasi di lapangan. Bantuan itu, lanjut Firmanzah, lebih pada
knowledge reason, riset, dan pembelajaran internasional. Bantuan itu pun
rata-rata dalam bentuk grant, yang tidak mengikat. “Jadi beberapa lembaga
internasional yang melakukan riset, seperti AusAid, World Bank, ILO, UNICEF,
UNDP, ADB, dan lain-lain, program-program mereka tidak terkait dengan persiapan
sosialisasi dan implementasi BLSM,” jelas Gurubesar Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar