NAMA : JUWITA FATMA SARI
NPM : 13211894
KELAS : 2EA26
1)
PERDUKUNAN VS GLOBALISASI
PERDUKUNAN adalah
istilah penghinaan yang digunakan untuk menggambarkan praktik non medis
ujungnya penipuan. Perdukunan merupakan kepura-puraan keterampilan non medis
atau orang yang berpura-pura sebagai seorang ahli profesional, memiliki
pengetahuan atau kualifikasi pada beberapa bidang keahlian, padahal dia tidak
memiliki dan merupakan Seorang penipu. Orang yang melakukan perdukunan biasanya
tidak sendiri, mereka biasanya terdiri dari beberapa orang merupakan satu TIM
yang modus operasinya adalah penipuan. Untuk mencari mangsa ada orang-orang
yang bertindak sebagai orang yang mempromosikan bidang keahlian si dukun itu,
padahal promosinya omong kosong dan penipu. Jika ada mangsa yang sudah masuk
perangkap maka mulai diadakan perjanjian untuk pergi ke rumah sang Dukun.
Dengan trik perdukunan si Mbah Dukun bisa menebak isi hati dan kemauan pasien,
inilah salah satu penipuan yang bisa menjatuhkan martabat Dukun yang asli.
Pada mulanya Dukun adalah orang-orang penolong tanpa
pamrih. Dengan adanya Penipu yang menyamar sebagai Dukun ini maka dikenalah
istilah Perdukunan yang nilainya negatif di masyarakat luas yaitu diasosiakan
sebagai Seorang penipu. Untuk menipu mangsanya biasanya menawarkan azimat
maupun benda-benda bertuah yang harganya mahal, padahal ini merupakan tata cara
penipuan yang halus jalannya. Ada juga penipu yang menyamar sebagai orang yang
taat beragama dan dengan TIM-nya itu sebenarnya merupakan Penipu-penipu yang menyamar
sebagai orang-orang taat beragama, ini juga sebenarnya Perdukunan yang berada
pada jalur agama. Cara menipunya dengan minyak wangi yang harganya jutaan
rupiah dan bahkan ada yang sampai ada minyak wangi yang harganya sampai diatas
sepuluh juta rupiah padahal isinya cuman sedikit dengan botol khusus ukurannya
kecil.
Sungguh suatu hal yang tidak bisa dipungkiri pada saat
ini perdukunan dan sihir makin tumbuh subur dan berkembang pesat bagaikan jamur
dimusim hujan tanpa kendali dari pihak manapun. Kita bisa melihat iklan –
iklannya baik di media cetak ataupun elektronik semakin terang – terangan
mempropagandakan pertunjukan sihir dan perdukunan bahkan berani
dipertontonkan dihadapan masyarakat. Mengapa hal ini dapat terjadi di tengah
ummat dan para penguasa yang mayoritasnya mereka beragama Islam? makin parahkah
aqidah ummat ini ? dimanakah kalian wahai kaum muslimin ?
Demikianlah
bahaya kekufuran dan kesesatan yang diakibatkan oleh sihir dan perdukunan. Maka
hendaklah kaum muslimin menyadari akan bahaya ini dengan berusaha untuk
menjauhinya dan tidak mendatangi praktek – praktek yang diadakan mereka para
normal, dukun – dukun dan tukang sihir apapun bentuknya yang mereka adakan .
Apakah dalam bentuk pengobatan atau yang lainnya ,karena mendatangi mereka akan
mengakibatkan terjerumusnya seeorang kepada kehancuran dan kebinasaan.
GLOBALISASI
Dari beberapa definisi tersebut dapat
dikatakan bahwa “globalisasi” merupakan suatu proses pengintegrasian manusia
dengan segala macam aspek-aspeknya ke dalam satu kesatuan masyarakat yang utuh
dan yang lebih besar.
Proses atau Hakikat Globalisasi
Globalisasi sebagai suatu proses
bukanlah suatu fenomena baru karena proses globalisasi sebenarnya telah ada
sejak berabad-abad lamanya. Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 arus
globalisasi semakin berkembang pesat di berbagai negara ketika mulai ditemukan
teknologi komunikasi, informasi, dan transportasi.
Loncatan teknologi yang semakin canggih pada pertengahan
abad ke-20 yaitu internet dan sekarang ini telah menjamur telepon genggam
(handphone) dengan segala fasilitasnya. Bagi Indonesia, proses globalisasi
telah begitu terasa sekali sejak awal dilaksanakan pembangunan. Dengan
kembalinya tenaga ahli Indonesia yang menjalankan studi di luar negeri dan
datangnya tenaga ahli (konsultan) dari negara asing, proses globalisasi yang
berupa pemikiran atau sistem nilai kehidupan mulai diadopsi dan dilaksanakan
sesuai dengan kondisi di Indonesia. Globalisasi secara fisik ditandai dengan
perkembangan kota-kota yang menjadi bagian dari jaringan kota dunia. Hal ini
dapat dilihat dari infrastruktur telekomunikasi, jaringan transportasi,
perusahaan-perusahaan berskala internasional serta cabang-cabangnya.
Dampak Atau Pengaruh
Globalisasi
Bangsa Indonesia merupakan bagian dari
bangsa di dunia. Sebagai bangsa, kita tidak hidup sendiri melainkan hidup dalam
satu kesatuan masyarakat dunia (world society). Kita semua merupakan makhluk
yang ada di bumi. Karena itu, manusia secara alam, sosial, ekonomi, politik,
keamanan, dan budaya tidak dapat saling terpisah melainkan saling
ketergantungan dan mempengaruhi. Era globalisasi yang merupakan era tatanan
kehidupan manusia secara global telah melibatkan seluruh umat manusia. Secara
khusus gelombang globalisasi itu memasuki tiga arena penting di dalam kehidupan
manusia, yaitu arena ekonomi, arena politik, dan arena budaya.
Jika masyarakat atau bangsa tersebut tidak siap
menghadapi tantangan-tantangan global yang bersifat multidimensi dan tidak
dapat memanfaatkan peluang, maka akan menjadi korban yang tenggelam di
tengah-tengah arus globalisasi.
1. Kebijakan dalam Era Globalisasi
- Komponen dalam
penyusunan strategi global
(1) Mengkaji
perkembangan ekonomi dunia yang relevan dengan Indonesia, terutama ekonmi
Amerika Erikat, Eropa Barat dan Jepang.
(2) Mengikuti
prospek mata uang dollar AS, DM Jerman dan Yen Jepang.
(3) Memonitor
perkembangan politik dan keamanan dalam negeri serta arah kebijakan pembangunan
pada umumnya.
(4) Memonitor
perkembangan ekonomi keuangan Indonesia, pertumbuhan ekonomi nasional dan
sektoral, APBN dan fiscal, N. Pembayaran terutama transaksi berjalan, JUB,
inflasi, nilai tukar rupiah, likuiditas bank, tingkat suku bunga.
(5) Menetapkan
rencana jangka panjang, menengah dan tahunan beserta anggarannya.
- Aspek-aspek Makro
dalam Kebijakan Global
(1)
Deregulasi
Kebijakan
deregulasi harus terus dilanjutkan nya secara konsisten di sektor riil untuk
meningkatkan efisiensi, daya saing di pasar global.
(2) Prioritas
Investasi
Baik investasi
modal asing maupun modal dalam negeri ditujukan untuk yang berorientasi ekspor.
Untuk industri yang resource base perlu dorongan pemerintah, karena industri
ini bisa menghemat devisa.
(3) Kemitraan
Usaha
Indonesia yang
penuh dengan faktional ekonomi – USB vs USK, BUMN vx Swasta, Pribmi vx Non
Pribumi dan sebagainya – harus dihilangkan dan diganti dengan kemitraan usaha,
sebab dewasa ini tidak ada satu unit usaha yang independent, tetapi saling
ketergantungan satu sama lain. Perlu adanya political will untuk mencegah
praktek-praktek monopoli, oligopoly oleh kelompok yang kuat.
(4) Perubahan
Orientasi Bisnis
Perlu perubahan
dari orientasi bisnis untuk memaksimalisasi profit ke orientasi maksimalisasi
pasar. Indonesia harus memasuki pasar global dan menguasai seluas-luasnya jaringan
distribusinya.
(5) Kebijakan yang
konduktif
Kebijakan yang
dilakukan pemerintah hendaknya sesuai dengan realita di lapangan, sehingga
tidak terjadi distorsi antara kebijakan yang diambil pemerintah dengan langkah
yang diambil oleh pengusaha.
- Aspek-aspek Mikro
Dalam Kebijakan Global
(1) Sumber Dana
Permodalan
Mengefektifkan dan
mendiverisifikasikan sumber dana permodalan yang tersedia.
(2) Pilihan
Teknologi
Melakukan pilihan
teknologi yang tepat dan pas dengan pilihan bidang usaha, dilihat dari segi
operasional maupun outputnya.
(3) Sumber Daya
Manusia
Meningkatkan
profesionalisme SD, baik mengenai managerial skill maupun luasnya wawasan
globalnya.
(4) Pilihan Bidang
usaha
Pilihan bidang
usaha berpijak pada resource base, yaitu raw material yang tersedia pada sumber
daya alam kita
(5) Pooling of
Information
Perlu menghimpun
informasi yang menyangkut bidang usaha yang digeluti, khususnya mengenai
informasi harga dan permintaan pasar atas produk yang dihasilkan.
2)
KEBIJAKAN YANG DIPUTUSKAN UNTUK MEMENANGKAN
GLOBALISASI
Menurut pendapat saya, Jika untuk memenangkan globalisasi kebijakan yang
harus di putuskan yaitu dengan cara pondasi politik dan hukum yang kuat. Sebuah
negara harus memiliki daya saing yang kuat dalam menghadapi turbulensi
globalisasi yang telah merambah ke semua bidang kehidupan. Oleh karenanya politik hukum di Indonesia perlu mengarahkan pembangunan hukum yang mendukung terwujudnya pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan, mengatur permasalahan yang berkaitan dengan ekonomi secara
adil, terutama dunia
usaha dan dunia industry, serta menciptakan kepastian investasi, terutama melalui penegakan dan perlindungan hukum.
Pembangunan hukum juga perlu diarahkan untuk menghilangkan
kemungkinan terjadinya tindak pidana korupsi serta mampu menangani dan menyelesaikan secara
tuntas permasalahan yang terkait kolusi, korupsi, nepotisme (KKN). Idealnya
pembangunan hukum
dilaksanakan melalui pembaharuan materi hukum dengan tetap memperhatikan kemajemukan tatanan hukum yang berlaku dan pengaruh globalisasi sebagai upaya untuk
meningkatkan kepastian dan perlindungan hukum, penegakan hukum dan hak-hakasasi manusia (HAM),
kesadaran hukum, serta pelayanan hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran,
ketertiban dan kesejahteraan dalam rangka penyelenggaraan negara yang makin tertib, teratur, lancar, serta berdaya saing global.
Negara harus bertindak lebih taktis
mempertinggi daya saingnya untuk menjadi pemenang dalam kompetisi global
tersebut. Karena fenomena globalisasi berkembang dan merambah hampir di semua ranah kehidupan masyarakat,
baik itu bidang ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek),
budaya, pendidikan, dan lain-lain. Sedemikian kuat dan cepatnya sehingga memaksa
negara-negara di dunia duduk berunding untuk memperbaiki norma-norma aturan
global dibidang perdagangan antar negara.Fenomena terebut mendorong munculnya
era liberalisasi perdagangan dunia tanpa proteksi dan tanpa hambatan, dan
mempertinggi tingkat persaingan perdagangan antar pelaku-pelaku ekonomi. Globalisasi
itu baik tapi harus juga dibarengi dengan pembangunan hukum secara terintegrasi
dan berkelanjutan. Pembangunan hukum tadi diarahkan untuk mencermati dan
mengantisipasipasi daya revolusi perdagangan
internasional dan terjadi perubahan paradigma di bidang hukum ekonomi.
3)
TOKOH
WAYANG
Arjuna adalah nama seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia dikenal
sebagai sang Pandawa yang menawan
parasnya dan lemah lembut budinya. Ia adalah putra Prabu Pandudewanata, raja di Hastinapura dengan Dewi Kunti atau Dewi Prita, yaitu putri Prabu Surasena, Raja Wangsa Yadawa di Mandura. Arjuna merupakan
teman dekat Kresna, yaitu awatara (penjelmaan) Batara Wisnu yang turun ke dunia demi
menyelamatkan dunia dari kejahatan. Arjuna juga merupakan seorang yang sempat
menyaksikan "wujud semesta Kresna" menjelang perang Bharatayuddha berlangsung.
Ia juga menerima ajaran Bhagawadgita
atau "Nyanyian Dewata", yaitu wejangan suci yang disampaikan oleh
Kresna kepadanya sesaat sebelum perang Bharatayuddha berlangsung karena Arjuna
mengalami keragu-raguan untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang Ksatria
dimedan perang.
Kelahiran
Dalam Mahabharata diceritakan
bahwa Raja Hastinapura
yang bernama Pandu tidak bisa
melanjutkan keturunan karena dikutuk oleh seorang resi. Kunti (istri pertamanya) menerima anugerah
dari Resi Durwasa agar mampu
memanggil Dewa-Dewa sesuai dengan keinginannya, dan juga dapat memperoleh anak
dari Dewa tersebut. Pandu dan Kunti memanfaatkan anugerah tersebut kemudian
memanggil Dewa Yama (Dharmaraja;
Yamadipati), Dewa Bayu (Marut), dan Dewa Indra (Sakra) yang kemudian memberi mereka
tiga putra. Arjuna merupakan putra ketiga, lahir dari Indra, pemimpin para
Dewa.
Sifat dan kepribadian
Arjuna memiliki karakter yang mulia, berjiwa kesatria,
imannya kuat, tahan terhadap godaan duniawi, gagah berani, dan selalu berhasil
merebut kejayaan sehingga diberi julukan "Dananjaya". Arjuna memiliki
sifat cerdik dan pandai, pendiam, teliti, sopan-santun, berani dan suka
melindungi yang lemah. Ia memimpin Kadipaten Madukara, dalam wilayah negara
Amarta. Setelah perang Bharatayuddha,
Arjuna menjadi raja di Negara Banakeling, bekas kerajaan Jayadrata. Akhir riwayat
Arjuna diceritakan, ia moksa
(mati sempurna) bersama keempat saudaranya yang lain di gunung Himalaya. Ia adalah
petarung tanpa tanding di medan laga, meski bertubuh ramping berparas rupawan
sebagaimana seorang dara, berhati lembut meski berkemauan baja, kesatria dengan
segudang istri dan kekasih meski
mampu melakukan tapa yang paling berat, seorang kesatria dengan kesetiaan
terhadap keluarga yang mendalam tapi kemudian mampu memaksa dirinya sendiri
untuk membunuh saudara tirinya. Bagi generasi tua Jawa, dia adalah perwujudan lelaki seutuhnya.
Sangat berbeda dengan Yudistira,
dia sangat menikmati hidup di dunia.
Petualangan cintanya senantiasa memukau orang Jawa, tetapi secara
aneh dia sepenuhnya berbeda dengan Don Juan yang selalu
mengejar wanita. Konon Arjuna begitu halus dan tampan sosoknya sehingga para
puteri begitu, juga para dayang, akan segera menawarkan diri mereka. Merekalah
yang mendapat kehormatan, bukan Arjuna. Ia sangat berbeda dengan Wrekudara.
Dia menampilkan keanggunan tubuh dan kelembutan hati yang begitu dihargai oleh
orang Jawa berbagai generasi.
Arjuna seorang kesatria yang gemar
berkelana, bertapa dan berguru menuntut ilmu. Selain menjadi murid Resi Drona di Padepokan Sukalima, ia juga
menjadi murid Resi Padmanaba dari Pertapaan Untarayana. Arjuna pernah menjadi brahmana di Goa Mintaraga,
bergelar Bagawan Ciptaning. Ia dijadikan kesatria unggulan para dewa untuk
membinasakan Prabu Niwatakawaca, raja raksasa dari negara
Manimantaka. Atas jasanya itu, Arjuna dinobatkan sebagai raja di Kahyangan Dewa
Indra, bergelar Prabu Karitin. dan mendapat anugrah pusaka-pusaka sakti dari
para dewa, antara lain: Gendewa (dari Bhatara Indra), Panah Ardadadali (dari Bhatara Kuwera), Panah Cundamanik (dari Bhatara Narada).
Istri dan keturunan
Dalam Mahabharata versi pewayangan Jawa, Arjuna mempunyai banyak sekali istri,itu semua sebagai simbol penghargaan atas jasanya ataupun atas keuletannya yang selalu berguru kepada banyak pertapa. Berikut sebagian kecil istri dan anak-anaknya:- Dewi Subadra, berputra Raden Abimanyu;
- Dewi Sulastri, berputra Raden Sumitra;
- Dewi Larasati, berputra Raden Bratalaras;
- Dewi Ulupi atau Palupi, berputra Bambang Irawan;
- Dewi Jimambang, berputra Kumaladewa dan Kumalasakti;
- Dewi Ratri, berputra Bambang Wijanarka;
- Dewi Dresanala, berputra Raden Wisanggeni;
- Dewi Wilutama, berputra Bambang Wilugangga;
- Dewi Manuhara, berputra Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati;
- Dewi Supraba, berputra Raden Prabakusuma;
- Dewi Antakawulan, berputra Bambang Antakadewa;
- Dewi Juwitaningrat, berputra Bambang Sumbada;
- Dewi Maheswara;
- Dewi Retno Kasimpar;
- Dewi Dyah Sarimaya;
- Dewi Srikandi.