Entri Populer

Senin, 29 April 2013

SOFTSKILL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


NAMA  : JUWITA FATMA SARI
NPM     : 13211894
KELAS : 2EA26

1)                  PERDUKUNAN VS GLOBALISASI

PERDUKUNAN adalah istilah penghinaan yang digunakan untuk menggambarkan praktik non medis ujungnya penipuan. Perdukunan merupakan kepura-puraan keterampilan non medis atau orang yang berpura-pura sebagai seorang ahli profesional, memiliki pengetahuan atau kualifikasi pada beberapa bidang keahlian, padahal dia tidak memiliki dan merupakan Seorang penipu. Orang yang melakukan perdukunan biasanya tidak sendiri, mereka biasanya terdiri dari beberapa orang merupakan satu TIM yang modus operasinya adalah penipuan. Untuk mencari mangsa ada orang-orang yang bertindak sebagai orang yang mempromosikan bidang keahlian si dukun itu, padahal promosinya omong kosong dan penipu. Jika ada mangsa yang sudah masuk perangkap maka mulai diadakan perjanjian untuk pergi ke rumah sang Dukun. Dengan trik perdukunan si Mbah Dukun bisa menebak isi hati dan kemauan pasien, inilah salah satu penipuan yang bisa menjatuhkan martabat Dukun yang asli.
Pada mulanya Dukun adalah orang-orang penolong tanpa pamrih. Dengan adanya Penipu yang menyamar sebagai Dukun ini maka dikenalah istilah Perdukunan yang nilainya negatif di masyarakat luas yaitu diasosiakan sebagai Seorang penipu. Untuk menipu mangsanya biasanya menawarkan azimat maupun benda-benda bertuah yang harganya mahal, padahal ini merupakan tata cara penipuan yang halus jalannya. Ada juga penipu yang menyamar sebagai orang yang taat beragama dan dengan TIM-nya itu sebenarnya merupakan Penipu-penipu yang menyamar sebagai orang-orang taat beragama, ini juga sebenarnya Perdukunan yang berada pada jalur agama. Cara menipunya dengan minyak wangi yang harganya jutaan rupiah dan bahkan ada yang sampai ada minyak wangi yang harganya sampai diatas sepuluh juta rupiah padahal isinya cuman sedikit dengan botol khusus ukurannya kecil.
Sungguh suatu hal yang tidak bisa dipungkiri pada saat ini perdukunan dan sihir makin tumbuh subur dan berkembang pesat bagaikan jamur dimusim hujan tanpa kendali dari pihak manapun. Kita bisa melihat iklan – iklannya baik di media cetak ataupun elektronik semakin terang – terangan mempropagandakan  pertunjukan sihir dan perdukunan bahkan berani dipertontonkan dihadapan masyarakat. Mengapa hal ini dapat terjadi di tengah ummat dan para penguasa yang mayoritasnya mereka beragama Islam? makin parahkah aqidah ummat ini ? dimanakah kalian wahai kaum muslimin ?
 Demikianlah  bahaya kekufuran dan kesesatan yang diakibatkan oleh sihir dan perdukunan. Maka hendaklah kaum muslimin menyadari akan bahaya ini dengan berusaha untuk menjauhinya dan tidak mendatangi praktek – praktek yang diadakan mereka para normal, dukun – dukun dan tukang sihir apapun bentuknya yang mereka adakan . Apakah dalam bentuk pengobatan atau yang lainnya ,karena mendatangi mereka akan mengakibatkan terjerumusnya seeorang kepada kehancuran dan kebinasaan.
 GLOBALISASI

Dari beberapa definisi tersebut dapat dikatakan bahwa “globalisasi” merupakan suatu proses pengintegrasian manusia dengan segala macam aspek-aspeknya ke dalam satu kesatuan masyarakat yang utuh dan yang lebih besar.

Proses atau Hakikat Globalisasi
Globalisasi sebagai suatu proses bukanlah suatu fenomena baru karena proses globalisasi sebenarnya telah ada sejak berabad-abad lamanya. Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 arus globalisasi semakin berkembang pesat di berbagai negara ketika mulai ditemukan teknologi komunikasi, informasi, dan transportasi.
Loncatan teknologi yang semakin canggih pada pertengahan abad ke-20 yaitu internet dan sekarang ini telah menjamur telepon genggam (handphone) dengan segala fasilitasnya. Bagi Indonesia, proses globalisasi telah begitu terasa sekali sejak awal dilaksanakan pembangunan. Dengan kembalinya tenaga ahli Indonesia yang menjalankan studi di luar negeri dan datangnya tenaga ahli (konsultan) dari negara asing, proses globalisasi yang berupa pemikiran atau sistem nilai kehidupan mulai diadopsi dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi di Indonesia. Globalisasi secara fisik ditandai dengan perkembangan kota-kota yang menjadi bagian dari jaringan kota dunia. Hal ini dapat dilihat dari infrastruktur telekomunikasi, jaringan transportasi, perusahaan-perusahaan berskala internasional serta cabang-cabangnya.

Dampak Atau Pengaruh Globalisasi
Bangsa Indonesia merupakan bagian dari bangsa di dunia. Sebagai bangsa, kita tidak hidup sendiri melainkan hidup dalam satu kesatuan masyarakat dunia (world society). Kita semua merupakan makhluk yang ada di bumi. Karena itu, manusia secara alam, sosial, ekonomi, politik, keamanan, dan budaya tidak dapat saling terpisah melainkan saling ketergantungan dan mempengaruhi. Era globalisasi yang merupakan era tatanan kehidupan manusia secara global telah melibatkan seluruh umat manusia. Secara khusus gelombang globalisasi itu memasuki tiga arena penting di dalam kehidupan manusia, yaitu arena ekonomi, arena politik, dan arena budaya.
Jika masyarakat atau bangsa tersebut tidak siap menghadapi tantangan-tantangan global yang bersifat multidimensi dan tidak dapat memanfaatkan peluang, maka akan menjadi korban yang tenggelam di tengah-tengah arus globalisasi.

1. Kebijakan dalam Era Globalisasi 

- Komponen dalam penyusunan strategi global 

(1) Mengkaji perkembangan ekonomi dunia yang relevan dengan Indonesia, terutama ekonmi Amerika Erikat, Eropa Barat dan Jepang. 

(2) Mengikuti prospek mata uang dollar AS, DM Jerman dan Yen Jepang. 

(3) Memonitor perkembangan politik dan keamanan dalam negeri serta arah kebijakan pembangunan pada umumnya. 

(4) Memonitor perkembangan ekonomi keuangan Indonesia, pertumbuhan ekonomi nasional dan sektoral, APBN dan fiscal, N. Pembayaran terutama transaksi berjalan, JUB, inflasi, nilai tukar rupiah, likuiditas bank, tingkat suku bunga. 

(5) Menetapkan rencana jangka panjang, menengah dan tahunan beserta anggarannya. 

- Aspek-aspek Makro dalam Kebijakan Global 

(1) Deregulasi 

Kebijakan deregulasi harus terus dilanjutkan nya secara konsisten di sektor riil untuk meningkatkan efisiensi, daya saing di pasar global. 

(2) Prioritas Investasi 

Baik investasi modal asing maupun modal dalam negeri ditujukan untuk yang berorientasi ekspor. Untuk industri yang resource base perlu dorongan pemerintah, karena industri ini bisa menghemat devisa. 

(3) Kemitraan Usaha 

Indonesia yang penuh dengan faktional ekonomi – USB vs USK, BUMN vx Swasta, Pribmi vx Non Pribumi dan sebagainya – harus dihilangkan dan diganti dengan kemitraan usaha, sebab dewasa ini tidak ada satu unit usaha yang independent, tetapi saling ketergantungan satu sama lain. Perlu adanya political will untuk mencegah praktek-praktek monopoli, oligopoly oleh kelompok yang kuat. 

(4) Perubahan Orientasi Bisnis 

Perlu perubahan dari orientasi bisnis untuk memaksimalisasi profit ke orientasi maksimalisasi pasar. Indonesia harus memasuki pasar global dan menguasai seluas-luasnya jaringan distribusinya. 

(5) Kebijakan yang konduktif 

Kebijakan yang dilakukan pemerintah hendaknya sesuai dengan realita di lapangan, sehingga tidak terjadi distorsi antara kebijakan yang diambil pemerintah dengan langkah yang diambil oleh pengusaha. 

- Aspek-aspek Mikro Dalam Kebijakan Global 

(1) Sumber Dana Permodalan 

Mengefektifkan dan mendiverisifikasikan sumber dana permodalan yang tersedia. 

(2) Pilihan Teknologi
Melakukan pilihan teknologi yang tepat dan pas dengan pilihan bidang usaha, dilihat dari segi operasional maupun outputnya. 

(3) Sumber Daya Manusia 

Meningkatkan profesionalisme SD, baik mengenai managerial skill maupun luasnya wawasan globalnya. 

(4) Pilihan Bidang usaha 

Pilihan bidang usaha berpijak pada resource base, yaitu raw material yang tersedia pada sumber daya alam kita 

(5) Pooling of Information 

Perlu menghimpun informasi yang menyangkut bidang usaha yang digeluti, khususnya mengenai informasi harga dan permintaan pasar atas produk yang dihasilkan. 


2)                   KEBIJAKAN YANG DIPUTUSKAN UNTUK MEMENANGKAN GLOBALISASI
Menurut pendapat saya, Jika untuk memenangkan globalisasi kebijakan yang harus di putuskan yaitu dengan cara pondasi politik dan hukum yang kuat. Sebuah negara harus memiliki daya saing yang kuat dalam  menghadapi turbulensi globalisasi yang telah merambah ke semua bidang kehidupan. Oleh karenanya politik hukum di Indonesia perlu mengarahkan pembangunan hukum yang mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, mengatur permasalahan yang berkaitan dengan ekonomi secara adil, terutama dunia usaha dan dunia industry, serta menciptakan kepastian investasi, terutama melalui penegakan dan perlindungan hukum.
Pembangunan hukum juga perlu diarahkan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya tindak pidana korupsi serta mampu menangani dan menyelesaikan secara tuntas permasalahan yang terkait kolusi, korupsi, nepotisme (KKN). Idealnya pembangunan hukum dilaksanakan melalui pembaharuan materi hukum dengan tetap memperhatikan kemajemukan tatanan hukum yang berlaku dan pengaruh globalisasi sebagai upaya untuk meningkatkan kepastian dan perlindungan hukum, penegakan hukum dan hak-hakasasi manusia (HAM), kesadaran hukum, serta pelayanan hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran, ketertiban dan kesejahteraan dalam rangka penyelenggaraan negara yang makin tertib, teratur, lancar, serta berdaya saing global.
Negara harus bertindak lebih taktis mempertinggi daya saingnya untuk menjadi pemenang dalam kompetisi global tersebut. Karena fenomena globalisasi berkembang dan merambah hampir di semua ranah kehidupan masyarakat, baik itu bidang ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), budaya, pendidikan, dan lain-lain. Sedemikian kuat dan cepatnya sehingga memaksa negara-negara di dunia duduk berunding untuk memperbaiki norma-norma aturan global dibidang perdagangan antar negara.Fenomena terebut mendorong munculnya era liberalisasi perdagangan dunia tanpa proteksi dan tanpa hambatan, dan mempertinggi tingkat persaingan perdagangan antar pelaku-pelaku ekonomi. Globalisasi itu baik tapi harus juga dibarengi dengan pembangunan hukum secara terintegrasi dan berkelanjutan. Pembangunan hukum tadi diarahkan untuk mencermati dan mengantisipasipasi daya revolusi perdagangan internasional dan terjadi perubahan paradigma di bidang hukum ekonomi.
3)                  TOKOH WAYANG 
Arjuna adalah nama seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia dikenal sebagai sang Pandawa yang menawan parasnya dan lemah lembut budinya. Ia adalah putra Prabu Pandudewanata, raja di Hastinapura dengan Dewi Kunti atau Dewi Prita, yaitu putri Prabu Surasena, Raja Wangsa Yadawa di Mandura. Arjuna merupakan teman dekat Kresna, yaitu awatara (penjelmaan) Batara Wisnu yang turun ke dunia demi menyelamatkan dunia dari kejahatan. Arjuna juga merupakan seorang yang sempat menyaksikan "wujud semesta Kresna" menjelang perang Bharatayuddha berlangsung. Ia juga menerima ajaran Bhagawadgita atau "Nyanyian Dewata", yaitu wejangan suci yang disampaikan oleh Kresna kepadanya sesaat sebelum perang Bharatayuddha berlangsung karena Arjuna mengalami keragu-raguan untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang Ksatria dimedan perang.
                           

 

Kelahiran

Dalam Mahabharata diceritakan bahwa Raja Hastinapura yang bernama Pandu tidak bisa melanjutkan keturunan karena dikutuk oleh seorang resi. Kunti (istri pertamanya) menerima anugerah dari Resi Durwasa agar mampu memanggil Dewa-Dewa sesuai dengan keinginannya, dan juga dapat memperoleh anak dari Dewa tersebut. Pandu dan Kunti memanfaatkan anugerah tersebut kemudian memanggil Dewa Yama (Dharmaraja; Yamadipati), Dewa Bayu (Marut), dan Dewa Indra (Sakra) yang kemudian memberi mereka tiga putra. Arjuna merupakan putra ketiga, lahir dari Indra, pemimpin para Dewa.

Sifat dan kepribadian

Arjuna memiliki karakter yang mulia, berjiwa kesatria, imannya kuat, tahan terhadap godaan duniawi, gagah berani, dan selalu berhasil merebut kejayaan sehingga diberi julukan "Dananjaya". Arjuna memiliki sifat cerdik dan pandai, pendiam, teliti, sopan-santun, berani dan suka melindungi yang lemah. Ia memimpin Kadipaten Madukara, dalam wilayah negara Amarta. Setelah perang Bharatayuddha, Arjuna menjadi raja di Negara Banakeling, bekas kerajaan Jayadrata. Akhir riwayat Arjuna diceritakan, ia moksa (mati sempurna) bersama keempat saudaranya yang lain di gunung Himalaya. Ia adalah petarung tanpa tanding di medan laga, meski bertubuh ramping berparas rupawan sebagaimana seorang dara, berhati lembut meski berkemauan baja, kesatria dengan segudang istri dan kekasih meski mampu melakukan tapa yang paling berat, seorang kesatria dengan kesetiaan terhadap keluarga yang mendalam tapi kemudian mampu memaksa dirinya sendiri untuk membunuh saudara tirinya. Bagi generasi tua Jawa, dia adalah perwujudan lelaki seutuhnya. Sangat berbeda dengan Yudistira, dia sangat menikmati hidup di dunia. Petualangan cintanya senantiasa memukau orang Jawa, tetapi secara aneh dia sepenuhnya berbeda dengan Don Juan yang selalu mengejar wanita. Konon Arjuna begitu halus dan tampan sosoknya sehingga para puteri begitu, juga para dayang, akan segera menawarkan diri mereka. Merekalah yang mendapat kehormatan, bukan Arjuna. Ia sangat berbeda dengan Wrekudara. Dia menampilkan keanggunan tubuh dan kelembutan hati yang begitu dihargai oleh orang Jawa berbagai generasi. 
Arjuna seorang kesatria yang gemar berkelana, bertapa dan berguru menuntut ilmu. Selain menjadi murid Resi Drona di Padepokan Sukalima, ia juga menjadi murid Resi Padmanaba dari Pertapaan Untarayana. Arjuna pernah menjadi brahmana di Goa Mintaraga, bergelar Bagawan Ciptaning. Ia dijadikan kesatria unggulan para dewa untuk membinasakan Prabu Niwatakawaca, raja raksasa dari negara Manimantaka. Atas jasanya itu, Arjuna dinobatkan sebagai raja di Kahyangan Dewa Indra, bergelar Prabu Karitin. dan mendapat anugrah pusaka-pusaka sakti dari para dewa, antara lain: Gendewa (dari Bhatara Indra), Panah Ardadadali (dari Bhatara Kuwera), Panah Cundamanik (dari Bhatara Narada).

Istri dan keturunan

Dalam Mahabharata versi pewayangan Jawa, Arjuna mempunyai banyak sekali istri,itu semua sebagai simbol penghargaan atas jasanya ataupun atas keuletannya yang selalu berguru kepada banyak pertapa. Berikut sebagian kecil istri dan anak-anaknya:
  1. Dewi Subadra, berputra Raden Abimanyu;
  2. Dewi Sulastri, berputra Raden Sumitra;
  3. Dewi Larasati, berputra Raden Bratalaras;
  4. Dewi Ulupi atau Palupi, berputra Bambang Irawan;
  5. Dewi Jimambang, berputra Kumaladewa dan Kumalasakti;
  6. Dewi Ratri, berputra Bambang Wijanarka;
  7. Dewi Dresanala, berputra Raden Wisanggeni;
  8. Dewi Wilutama, berputra Bambang Wilugangga;
  9. Dewi Manuhara, berputra Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati;
  10. Dewi Supraba, berputra Raden Prabakusuma;
  11. Dewi Antakawulan, berputra Bambang Antakadewa;
  12. Dewi Juwitaningrat, berputra Bambang Sumbada;
  13. Dewi Maheswara;
  14. Dewi Retno Kasimpar;
  15. Dewi Dyah Sarimaya;
  16. Dewi Srikandi.