TUGAS SOFTSKILL PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
Nama :
Juwita Fatma Sari
Kelas :
2EA26
Npm
: 13211894
Pengalaman
Terindah Dalam Transportasi
Sewaktu
liburan semester 2 , saya dan teman sekelas berlibur ke Cibodas, Puncak. Hampir
90 % ikut semua, hanya sebagian yang tidak bisa ikut karena berhalangan ada
acara lain. Kita semua berkumpul di Kampus Gunadarma kalimalang pada pukul
07.30 WIB. Biasalah jam Indonesia itu selalu ngaret dan tidak pernah ontime
orang-orangnya, Begitupun saya hehhee. Pada saat itu kita menyewa bus hiba
utama, Karena jumlah orangnya yang tidak sedikit, tidak memungkinkan jika naik
kendaraan pribadi. Semua sudah prepare, dan kita siap siap untuk menuju tujuan,
di dalam mobil kita semua bernyanyi bersama-sama, tertawa, pokonya merasa
bahagia di saat itu. Tetapi sesampai di rest area Sentul, ada kabar tidak baik
yang kita terima, kalau teman kelas kita yang bernama Edo Lastiko ternyata
tertinggal di gundar, karena pada saat kita masuk mobil, semua tidak mengontrol
satu sama lain apakah sudah hadir semua apa belum. Ternyata pada saat itu, Edo
pulang keruma untuk mengambil barangnya yang ketinggalan. Kita semua bukanya
cemas kepada Edo, tetapi malah tertawa-tawa karena ulahnya dia yang membuat
perjalanan menjadi tertunda. Satu jam kemudian sudah kita menunggu
kedatanganya, Edo menyusul kita dengan naik Taxi. Setelah Edo sampai, dia di
sorakin oleh penghuni 1EA25. Akhirnya kita semua melanjutlan perjalanan.
Pada
saat itu bus kami pun sampai dan melewat cisarua, dimana saat tragedi
kecelakaan yang menewaskan banyak korban itu kita melihat sendiri tempat
terjadinya bus masuk ke jurang. Dan keadaanpun masih berantakan seperti dulu.
Tidak lupa kita berdoa dan mengingatkan kepada supir bus agar berhati-hati.
Baru kami mengingatkan seperti itu, tidak lama kemudian kami semua mencium bau
angus yang tidak enak dan membuat perut menjadi mual, ternyata rem bus macet,
dan kita semua panik, tetapi kita tidak bisa turun atau melompat dari bus,
karena pada saat itu bus melaju sangat kencang dan jalanan yang kita lewati
sedang menurun, Semuanya berdoa, nangis dan ada yang treak treakan, akirnya
sang supir membanting stir ke kiri dan bus menabrak tiang dekat ruma warga yang
rumanya depan jalan raya. Kita semua cepat cepat turun dari bus dan
menyelamatkan diri masing masing, jalanan yang tadinya lancar menjadi macet,
dan banyak polisi yang menghampiri. Rasa cemas dan takut selalu menghampiri.
Akirnya kita tidak melanjutkan perjalanan memakai bus itu, dan kita melanjutkan
perjalanan menggunakan angkot yang lewat kita carter, perasaan yang tadinya
bahagia menjadi campur aduk tidak karuan. Tetapi anak cowok kelas selalu
berusaha menghibur dan selalu membuat anak cewenya biar tidak ketakutan lagi.
Sampai juga di vila yang kita tunggu-tunggu. Vilanya sangat indaaaah sekali,
yang tadinya perasaan tidak karuan, begitu melihat vila yang kita tempati
sangat indah dan bagus, semua terbayar sudah. Woooow inilah pengalaman ketika
menggunakan kendaraan yang membuat hati saya berdebar debar, tetapi semua itu
ada hikmahnya karena liburan perpisahan bersama 1EA25 sangat menyenangkan ………
Sekian
..
II. CONTOH KASUS STRATEGI
PEMBANGUNAN KETAHANAN NASIONAL
“ PERBATASAN
INDONESIA-MALAYSIA ”
Indonesia merupakan negara kepulauan
dengan batas-batas wilayah daratan dan lautan yang telah diakui dunia
Internasional. Negara Indonesia memiliki perbatasan
dengan negara-negara tetangga baik perbatasan di darat maupun di laut. Indonesi
berbatasan dengan Malaysia, Singapura, Papua New Gini, Timor Letse dan
Australia. Negara yang berbatasan di daratan adalah Indonesia dengan Papua New
Gini di Provinsi Papua dan Malaysia di Serawak dan Sabah di Provinsi Kalimantan
Barat dan Kalimantan Timur. Daerah perbatasan ini dijaga oleh TNI Angkatan
Darat dan Angkatan Laut dibantu oleh masyarakat yang berada di daerah
perbatasan, terutama mereka yang berada pada perbatasan di darat seperti Pulau
Kalimantan dan Papua. Hal ini membuat TNI harus berupaya meningkatkan ketahanan
dan pertahanan di wilayah perbatasan untuk mewujudkan keamanan bagi Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Batas wilayah laut dan daratan
tersebut nampak jelas pada peta/atlas yang menggambarkan zona perbatasan yang
harus dipatuhi. Namun demikian dalam dekade terakhir Negara Indonesia yang aman
dan makmur terkoyah dengan ulah dari negara-negara tetangga seperti Malaysia
yang hingga kini terus memberikan intervensi terhadap kedaulatan negara
Republik Indonesia, baik di wilayah lautan maupun wilayah daratan.
Perbatasan Indonesia dan Malaysia di
Provinsi Kalimatan Barat dan Kalimantan Timur merupakan zona konflik perbatasan
yang terus menjadi permasalahan negara yang tidak ada habisnya. Zone perbatasan
tersebut tidak mudah diawasi maupun dikendalikan oleh karena cakupan yang luas.
Sejalan dengan perbatasan negara, Tenara Nasional Indonesia mendapat bagian
tugas penting untuk mempertahankan wilayah Negara Republik Indonesia. Tugas
kemanunggalan ABRI dengan rakyat adalah tugas utama yang dicanangkan untuk
mempertahankan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kedaulatan negara bukan berada pada
TNI semata tetapi seluruh rakyat Indonesia dan kemanunggalan ABRI dan rakyat
adalah simbol kesatuan untuk tujuan yang sama dalam meningkatkan Ketahanan
Nasional (Tannas). Namun kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat di
wilayah perbatasan membutuhkan adanya pembangunan yang merata. Pemerataan
pembangunan di wilayah perbatasan bukan pekerjaan yang mudah tetapi membutuhkan
strategi dan rencana yang terstruktur. Disisi lain masyarakat membutuhkan
adanya akses pembangunan yang terus berlangsung, salah satunya akses jalan
untuk memudahkan transportasi masyarakat menuju pusat pemerintahan. Hal ini
masih belum nampak, sedangkan yang nampak menonjol adalah pusat-pusat komando
yang secara psikologis hanya memberikan jamanan keamanan tetapi jaminan sosial
dan ekonomi masih tidak terpenuhi.
Wilayah perbatasan Indonesia dan
Malaysia di Provinsi Kalimantan Barat berada pada Kabupaten Sambas, Kabupaten
Bengkayang, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang dan Kabupaten Kapuas Hulu.
Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau, Kecamatan Jagaibabang Kabupaten
Bangkayang dan Kecamatan Nangabadau Kabupaten Kapuas Huku adalah wilayah
Kecamatan yang memiliki desa-desa yang berada pada garis perbatasan langsung
dengan negara Malaysia. Keberadaan wilayah ini masih sangat terisolasi (tidak
ada akses jalan yang baik pada sejumlah desa yang berbaasang langsung dengan
negara Malaysia) sehingga potensi aksesibilitas masyarakat lebih mengarah ke
negara Malaysia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Kegiatan masyarakat di wilayah
perbatasan juga membuka ruang gerak kepada negara Malaysia untuk melakukan
ekspansi perluasan wilayah dan mencaplok wilayah NKRI yang mengakibatkan Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan (ATHG) terhadap
Ketahanan Nasional. Di sisi lain pembangunan yang diselenggarakan di wilayah
perbatasan masih sangat jarang, rencana pembangunan jangka menengah maupun
jangka panjang, masih sebatas wacana dan tidak terimplementasikan di wilayah
perbatasan. Bahkan pelaksanaan pembangunan di wilayah perbatasan diserahkan
kepada TNI dalam program kemanunggalan ABRI dan Rakyat, namun hal ini tidak
dapat memberikan perubahan nyata terhadap kondisi historis wilayah perbatasan,
oleh karena itu perlu adanya perencanaan pembangunan yang lebih terkonsentrasi
kepada wilayah perbatasan dengan melakukan pemekaran atau perluasan wilayah
pemukiman dan pemerintahan dengan melakukan pembangunan infrastruktur.
Kebutuhan terhadap pendidikan,
kesehatan, sarana dan paranana, agama, sosial budaya dan ekonomi, hukum dan
informatika terindetivikasi sangat menunjang aksesibilitas masyarakat. Hal ini
hanya dapat terwujud melakui strategi pembangunan yang terarah pada sasaran
yang akan dicapai. Strategi pembangunan nasional dalam kerangka kerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) dan Rencana
Pembangan Jangka Panjangan (RPJP) adalah kebijakan pembangunan berjangka yang
direncanakan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur di kota dan
daerah termasuk di wilayah perbatasan.
Prioritas
Pembangunan Nasional Tahun 2004-2009 (RPJMN) telah ditetapkan bahwa salah satu
prioritas dalam mewujudkan Indonesia yang aman dan damai adalah melalui
pengembangan kebudayaan yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur dengan
kebijakan yang diarahkan untuk (a) Mendorong terciptanya wadah yang terbuka dan
demokrasi bagi dialog kebudayaan agar benturan-benturan yang terjadi tidak
melebar menjadi konflik sosial.(b) Mendorong tuntaskan proses modernisasi yang
dicirikan dengan terwujudnya negara kebangsaan Indonesia Modern yang
berkekanjutan dan menguatnya masyarakat sipil. (c) Revitalisasi nilai-nilai
kearifat lokasl sebagai salah satu dasar pengembangan etika pergaulan sosial
untuk memperkuat identitas nasional (d) Meningkatkan kecintaan masyarakat
terhadap budaya dan produk-produk dalam negeri. Dalam kaitannya dengan
pertahanan wilayah di Indonesia, pemerintah melakukan strategi pertahanan yang
dapat mempertahankan keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia.
Perbatasan-perbatasan negara Republik Indonesia yang dilengkapi dengan batasan
zone eksklusif atau batas teritorial yang terdiri batas wilayah darat dan
batas wilayah laut dapat mempengaruhi perencanaan pembangunan nasional.
Pembangunan
di segala bidang, perwujudan pembangunan nasional tersebut melalui pemerataan
kegiatan pembnagunan yang mencakup hayat hidup orang banyak. Terkait dengan
Ketahanan Nasional (Tannas), pembangunan nasional diharapkan dapat menjadi
pilar dan motivator untuk meningkatkan ketahanan nasional tersebut. Bukan
diartikan secara terpisah dalam dua makna yang berbeda yang akhirnya
menimbulkan dua persepsi yang berbeda dan tidak bersatu. Tannas dalam program
kerjanya adalah mewujudkan ketahanan nasional, sementara pembangunan nasional
adalah pembangunan seluruh aspek kehidupan yang berkaitan dengan sosial,
politik, ekonomi dan hankam.
Ketahanan
nasional di wilayah perbatasan membutuhkan dukungan perencanaan pembangunan
yang global. Pembangunan infrastruktur, pembangunan ekonomi, sosial, budaya dan
hankam, pembangunan Iptek, pembangunan sumber daya aparatur dan pembangunan
sumber aparatur TNI yang siap dan patuh menjalankan tugas dan perintah di
daerah perbatasan dengan penuh tanggung jawab. Perencanaan pembangunan
disesuaikan juga dengan kondisi masyarakat, aksesibilitas dan transportasi
serta peningkatan kesejahteraan rakyat dan upaya untuk pemekaran wilayah.
Paradigma
peningkatan ketahanan nasional merujuk pada tindakan-tindakan pencegahan dan
kewaspadaan nasional dengan mengimplementasikan progran pembangunan di segala
di bidang di wilayah perbatasan. Hal ini berkaitan dengan peran TNI dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk : (a) mengatasi benturan-benturan
yang terjadi agar tidak menjadi konflik sosial.(b) mewujudkan negara kebangsaan
Indonesia modern untuk memperkuat masyarakat sipil. (c) memperkuat identitas
nasional dan (d) membentuk kepercayaan masyarakat terhadap budaya dan produk
dalam negeri yang dengan demikian polaritas pembangunan kawasan perbatasan
dapat mengarah pada titik yang jelas dan tegas.
Berbicara
tentang lingkup kerja, Tentara Nasional Indonesia memiliki tugas dan tanggung
jawab mempertahankan Negara Kesatuan Indonesia beserta isinya, namun demikan
dalam pelaksanaan pembangunan TNI diharapkan dapat berperan untuk menunjang
pelaksanaan pembangunan tersebut sehingga dapat mewujudkan pembangunan nasional
yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahtetraan masyarakat terutama mereka
yang berada di wilayah-wilayah perbatasan seperti perbatasan Negara Indonesia
dengan Negara Malaysia.
Perbatasan
Indonesia dan Malaysia di Kalimantan ditandai tanah batas yang memiliki panjang 2,019.5 km dan membentang
dari Tanjung Datu di sudut barat laut Kalimantan, melalui dataran tinggi
pedalaman Kalimantan, ke Teluk Sebatik dan Laut Sulawesi di sebelah timur
pulau. Batas memisahkan Indonesia pada provinsi kalimantan timur dan
kalimantan barat dari Malaysia pada negara sabah dan sarawak.
Kalimantan
Barat memiliki sejumlah wilayah di bagian utara yang berbatasan langsung dengan
negara Malaysia seperti Balaikarangan, Seluas dan Patoh yang mencakup daerah
tanjung yang berada di sudut barat laut. Ketiga lokasi ini sangat berdekatan
dengan garis perbatasan antara negara Indonesia dan Malaysia. Kondisi wilayah
perbatasan sampai saat ini digunakan oleh sebagian warga untuk menyebarang ke
negara tetangga untuk berdagang atau memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hal ini
disebabkan oleh faktor transportasi dan aksesibilitas pembangunan yang belum
terimplementasikan, selain itu rendahnya tingkat kesejahteraan dan tidak adanya
pemekaran wilayah menjadikan kondisi wilayah perbatasan menjadi terpuruk.
Informasi dari masyarakat
Balaikarangan diperoleh bahwa sebagian wilayah perbatasan Indonesia Malaysia di
Balaikarangan Kalimantan Barat telah dimasukki oleh warga asing untuk
pengambilan kayu dan pengolahan tambang, sebaliknya sebagian warga yang berada
di Balaikarangan dan Seluas telah melakukan perdagangan di Negara Serawak untuk
memperoleh sumber pendapatan sebaliknya warga asing telah melakukan pengolahan
tambang dan hasil hutan di Negara Indonesia yang ada di Kalimantantan Barat dan
Kalimantan Timur dengan memanfaatkan wilayah-wilayah yang tidak terjaga oleh
pos pemantau perbatasan (Pos-PAMTAS). Fenomena ini menunjukkan bahwa interaksi
masyarakat di wilayah batas kedua negara sering melakukan pelanggaran
yang mengganggu ketahanan nasional NKRI.
Sehubungan
dengan ketahanan nasional, pemerintah berupaya untuk merencanakan pembangunan
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan pemekaran wilayah perbatasan di
wilayah Balaikarangan dan Selua di Kalimantan Barat yang disertai dengan
peningkatan kinerha SDM Aparatur Pemerintah dan Aparatur TNI. Perencanaan
pembangunan tersebut lebih difokuskan pada faktor-faktor yang berada dalam
skala prioritas dan berkaitan langsung dengan peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Strategi
untuk mewujudkan Indonesia aman dan damai tidak dipisahkan dengan tingkat
kualitas sumber daya manusia terutama dihadapkan pada kemajuan IPTEK yang
relatif berubah dengan cepat yang menyebabkan pengaruh arus globalisasi yang
tidak dapat dihindari dan harus dihadapi dengan airf dan bijaksana. Namun
demikian kondisi yang terjadi pada perbatasan Indonesia dengan Negara Malaysia
tidak pernah selesai akibat kurangnya perhatian dan kepastian kedua negara
terhadap batas wilayah masing-masing.